Facebook Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 26 Oktober 2011

TANDA TANDA KEMUNAFIKAN sumber : mediaislamnet.com

Assalaamu’alaikum. Apa yang disebut dengan
tanda-tanda kemunafikan? Karena seringkali kita
menyebut-nyebut istilah ”jangan munafik”, dengan
cara seperti bercanda. (Nisa di Bumi Allah)
Ustadzah, apa yang dimaksud dengan orang
munafik?
Kalau kita langsung melihat dalam al Qur’an, secara
sederhana yang disebut munafik adalah orang yang
ketika menyatakan diri mereka beriman kepada
Allah, tetapi sesungguhnya mereka tidak beriman.
Artinya mereka berbohong dalam keimanannya.
Apa yang ada dalam hatinya berbeda dengan yang
diungkapkan. Al Qur’an menyebut dalam QS al
Baqarah: sejak ayat yang kedua, tentang orang yang
muttaqiin, yaitu tentang orang yang beriman,
kemudian ayat keenam tentang orang-orang kafir,
selanjutnya langsung pada ayat kedelapan hingga
keenambelas tentang orang-orang munafik
Bagaimana kita bisa menyebut seseorang
dengan munafik atau tidak?
Klaim terhadap orang munafik itu memang sangat
sulit. Karena zhohirnya orang tidak bisa
menghukumi secara tegas bahwa mereka ini
orang-orang kafir. Tetapi bagi kita sendiri sebagai
seorang muslim, tentu yang terpenting adalah
panduan dari Allah SWT bagaimana caranya
menjadi orang yang bertaqwa, sehingga kita bisa
berusaha sungguh-sungguh untuk melakukan dan
menepati sifat itu. Kemudian tentunya menghindari
sifat-sifat yang sering dilekatkan pada diri orang-
orang munafik. Kemudian, terkait dengan penilaian
terhadap orang-orang munafik, tentunya ketika
mereka adalah sebagaimana yang disebutkan dalam
al Qur’an dan as Sunnah tentang ciri-ciri orang
munafik. Dari sisi itu memang bisa dinilai berapa
besar kadar kemunafikannya. Karena mungkin ada
kemunafikan yang baru tanda-tandanya saja, tapi
kalau sudah dilakukan semua berarti sudah bisa
diidentifikasikan secara sempurna sebagai seorang
munafik
Bagaimana ciri-ciri beriman dan
kemunafikan?
Di dalam al Qur’an dijelaskan secara sederhana dan
sangat langsung bisa difahami (dalam QS al
Baqarah: 2) ini tentang al Qur’an sebagai petunjuk
yang sempurna bagi orang-orang yang bertaqwa
(tidak ada keraguan sedikitpun). “Dzaalikal kitaabu
laa rayba fiihi hudal lil muttaqiin.” Selanjutnya
disebutkan ciri-ciri beriman: “Alladziina
yu’minuuna bilghoibi wa yuqiimuunashsholaata wa
mimmaa razaqnaa hum yunfiquuna” Yaitu orang-
orang yang beriman terhadap yang ghaib (hal-hal
yang tidak bisa diindera secara langsung), seperti
malaikat sebagai pembawa berita dari Allah
kepada RasulNya, kemudian menegakkan sholat,
dan menafkahkan apa yang telah dirizkikan oleh
Allah (yang wajib dan yang sunnah). Kemudian
beriman kepada al Qur’an, dan kitab-kitab suci
yang telah diturunkan oleh Allah di masa
sebelumnya (tentang adanya), dan beriman kepada
hari akhirat.
Kemudian tentang orang-orang munafik. Bahwa
selain orang beriman dan orang kafir (sebagaimana
yang disebutkan dalam QS al Baqarah ini) ada
segolongan orang yang memiliki ciri-ciri demikian:
1. Mereka mengatakan diri mereka beriman
kepada Allah dan hari akhir (muslim) padahal
mereka sebenarnya tidak beriman. Mereka ini
menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal sesungguhnya mereka tidak menipu
selain diri mereka sendiri, tapi mereka tidak
merasakan. Di sinilah dikatakan fii quluubihim
maradhun fa zaadahumullaahu maradhan
2. Apabila dikatakan kepada mereka janganlah
kalian berbuat kerusakan di muka bumi,
mereka mengatakan, kami ini semata-mata
hanya berbuat baik. Allah mengingatkan
bahwa sesungguhnya mereka telah berbuat
kerusakan tetapi mereka tidak merasa.
3. Apabila dikatakan kepada mereka
berimanlah, sebagaimana orang-orang
beriman. Mereka mengatakan apakah kami
harus beriman sebagaimana berimannya
orang-orang bodoh? Kemudian Allah
memberi peringatan ingatlah sesungguhnya
merekalah yang bodoh, tetapi mereka tidak
mau memikirkannya.
Bagaimana dengan penjelasan berdasarkan
hadits Rasulullah Saw, apakah disebutkan
juga tentang ciri-ciri munafik?
Di dalam hadits Muttafaq ‘alaih. Rasulullah Saw
bersabda: “Arba’unman kunna fiihi kaana
munaafiqan khaalishan. Wa man kaanat fiihi
khashlatun minhunna kaanat fiihi khashlatun min
nifaaqin hatta yada’aHaa: Idzaa ‘tumina khaana,
wa idzaa haddatsa kadzaba, wa idzaa ‘aahada
ghadara, wa idzaa khashama fajara”: Ada empat
perkara, siapa saja yang memilikinya, maka ia
menjadi munafik dengan sempurna. Barangsiapa
memiliki salah satunya, maka ia memiliki salah satu
sifat kemunafikan hingga ia meninggalkannya. Yaitu
apabila seseorang diberi amanat, ia khianat; apabila
berbicara, ia dusta; apabila berjanji ia tidak
menepati dan apabila berdebat ia curang.
Kemudian dari Abi Hurairah ra, ia berkata:
rasulullah Saw bersabda: Aaayatul munaafiqi
tsalaatun: Idzaa haddatsa kadzaba: wa idzaa
wa’ada akhlafa, wa idzaa tumina khaana: Tanda-
tanda munafik ada tiga, apabila bicara dusta,
apabila berjanji tidak menepati, apabila diberi
amanat khianat. (muttafaq ‘alaih)
Bagaimana hukumnya orang munafik?
Penghukuman terhadap orang-orang yang munafik,
dalam hukum Islam, secara zhohir memang sangat
sulit. Itulah sebabnya, mengapa ada orang-orang
munafik yang sekaliber Abdullah bin Ubay bin
Sahlul di masa Rasulullah Saw tetap bisa kemana-
mana, bahkan bergaul dan menyertai orang-orang
yang beriman. Ia juga sholat di masjid, ia juga
bergaul dengan orang-orang yang beriman. Dalam
hal ini Rasulullah Saw tidak melakukan tindakan
apa-apa. Bahkan dalam sebuah peristiwa yang
terjadi setelah Rasulullah dan para shahabatnya
baru saja pulang dari peperangan menghadapi
banu mustaliq, saat itu terjadi pertikaian antara
orang muhajirin dengan anshar dalam
memperebutkan air. Abdullah bin Ubay
mengeluarkan perkataan tentang kaum muhajirin,
yang bersifat menghujam kaum muhajirin. Berita ini
sampai kepada Umar bin Khaththab dan ia benar-
benar marah sehingga sampai membuat pernyataan
yang meminta agar Abdullah bin Ubay dibunuh saja.
Tapi Rasulullah Saw menjawab: Umar, bagaimana
kalau sampai menjadi pembicaraan orang , bahwa
muhammad membunuh shahabat-shahabatnya
sendiri. Kemudian Abdullah bin Ubay menemui
Rasulullah dan membantah bahwa ia berkata
demikian. Tetapi wahyu Allah mendustakannya.
Ketika itu, anak Abdullah, yang bernama Abdullah,
berkata: Rasulullah, saya mendengar anda
menginginkan Abdullah bin Ubay dibunuh. Kalau
memang begitu, berikanlah tugas itu kepada saya,
akan saya bawakan kepalanya kepada anda.
Orang-orang khazraj sudah tahu, tak ada orang
yang begitu berbakti keada ayahnya seperti yang
saya lakukan. Saya khawatir anda akan
menyerahkan tugas ini kepada orang lain. Kalau
sampai orang lain itu yang membunuhnya, saya tak
akan dapat menahan diri membiarkan orang yang
membunuh ayah saya bebas berkeliaran. Tentu
akan saya bunuh dia dan berarti saya membunuh
orang yang beriman yang membunuh orang kafir
dan saya akan masuk neraka. Rasulullah Saw
menjawab:” Kita tidak akan membunuhnya. Bahkan
kita harus berlaku baik kepadanya, menemaninya
baik-baik selama dia masih bersama dengan kita.”
Sejak itu penduduk Madinah melihat kepada
Abdullah bin Ubay dengan penuh curiga dan tidak
lagi menghargainya. Sebegitu jahatnya Abdullah bin
Ubay, ketika dia meninggal, Rasulullah Saw tetap
mengampuninya, bahkan masih mau
menyolatkannya. Namun sesudah itu datang firman
Allah SWT yang melarang untuk menyolatkan dan
mendoakannya. Jadi memang terhadap orang-
orang munafik ini kita tidak dapat berbuat apa-apa
selain waspada dan berhati-hati. Namun Allah SWT
telah mengancam orang-orang ini dengan neraka
jahannam, dengan adzab yang kekal di dalamnya.
Sehingga yang juga penting dari kita adalah,
menghindari sejauh-jauhnya sifat-sifat orang
munafik ini.
Bagaimana caranya agar kita terhindar dari
sifat munafik ?
Menjadi orang bertaqwa dan menghindari sifat-sifat
munafik. Menjadi orang bertaqwa adalah beriman
kepada Allah dan RasulNya dan apa-apa yang
datang dari Allah, berupa al Qur’an dan Hadits.
Senantiasa memurnikan keimanan kita dengan terus
menerus mempelajari Islam, yang bersumber dari al
Qur’an, Hadits, ijma Sahabat dan Qiyas. Semakin
dalam belajar, akan semakin jelas kita dalam
memahami dan ini akan semakin menjernihkan
keimanan kita. Kemudian yang juga penting adalah
menghindari sifat-sifat orang munafik. Yang paling
jelas adalah berbohong/ berdusta. Kita harus selalu
berhati-hati dalam perkataan sehingga tidak
terkategori pendusta. Kemudian tidak berkhianat
terhadap amanah, tepat janji dan tidak curang.
Semoga Allah SWT menolong kita untuk menjauh
dari sifat-sifat munafik ini.

Jumat, 19 Agustus 2011

Pernikahan Yang Barokah

Ada pernikahan yang penuh barakah. Ada
pernikahan yang sedikit
kebarakahannya. Dan yang paling menakutkan,
adalah pernikahan yang tidak akan
pernah ada kebarakahan di dalamnya.
Pernikahan yang bagaimanakah yang tidak akan
pernah ada kebarakahan di
dalamnya?
Rasulullah Saw. menunjukkan, "Barangsiapa yang
menikahkan (putrinya)
karena silau akan kekayaan laki-laki itu meskipun
buruk agama dan akhlaknya, maka
tidak pernah pernikahan itu akan dibarakahi-Nya."
Sebagian pernikahan kurang barakah karena
niatnya yang tidak tepat. Sebagian
disebabkan oleh berbagai hal selama proses
berlangsung. Sebahagian dipengaruhi oleh
pelaksanaan pernikahan. Sebagian disebabkan
akhlak setelah menikah. Tetapi
perubahan akhlak setelah menikah, banyak
disebabkan oleh niat orang yang menikah
dan yang menikahkan (karena itu, ajaklah orangtua
berbicara). Pernikahan yang
barakah insya-Allah justru menjadikan akhlak
keduanya semakin baik. Bila
sebelumnya masih kurang sesuai dengan
keutamaan akhlak, insya-Allah setelah
menikah mereka menjadi baik akhlaknya. Ini
berdasarkan hadis Nabi:
"Kawinkanlah (zawwajuu) orang-orang yang masih
sendirian di antara kamu,
sesungguhnya Allah akan memperbaiki akhlak
mereka, meluaskan rizki mereka,
dan menambah keluhuran mereka."
"Sesungguhnya," kata Rasulullah Saw., "termasuk
dari keberuntungan perempuan
adalah mudah lamarannya, ringan mas kawinnya,
dan subur rahimnya." (HR
Ahmad).
Sabda Rasulullah Saw.:
"Wanita yang paling agung kebarakahannya, adalah
yang paling ringan
maharnya." (HR Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqi
dengan sanad yang shahih).
Rasulullah juga mengingatkan,"Seorang wanita yang
penuh barakah dan mendapat anugerah Allah
adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya,
dan akhlaknya baik. Namun sebaliknya,wanita yang
celaka adalah yang mahal maharnya, sulit
menikahinya, dan buruk akhlaknya."
Pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ath-
Thabrani dari Anas r.a.,
Rasulullah bersabda, "Orang yang menikahi wanita
karena kedudukannya, Allah
hanya akan menambahinya kehinaan; yang
menikahinya karena kekayaannya, Allah
hanya akan memberinya kefakiran; yang
menikahinya karena nama besar keturunannya,Allah
justru akan menambahinya kerendahan. Namun,
laki-laki yang menikahi wanita hanya karena
menjaga pandangan mata dan memelihara nafsunya
atau untuk mempererat hubungan kasih-sayang
(silaturrahim), maka Allah akan
membarakahi laki-laki itu dan memberi
kebarakahan yang sama pada wanita itu
sepanjang ikatan pernikahannya."

Di Barisan Yang Manakah Anda ?

Inilah Barisan-barisan Manusia di Akhirat
Kelak. Anda di Barisan Dimana? Suatu ketika, Muadz
bin Jabal ra mengadap Rasulullah SAW dan bertanya:
“Wahai Rasulullah, tolong jelaskan kepadaku
mengenai firman Allah SWT: Pada sangkakala ditiup,
maka kamu sekalian datang berbaris-baris” (Surah
an-Naba’:18) Mendengar pertanyaan itu, baginda
menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu
menjawab: “Wahai Muadz, engkau telah bertanya
kepada aku, perkara yang amat besar, bahwa
umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris
menjadi 12 barisan, masing-masing dengan
pembawaan mereka sendiri….” Maka dijelaskanlah
oleh Rasulullah ke 12 barisan tersebut :- BARISAN
PERTAMA Di iring dari kubur dengan tidak bertangan
dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui
satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih:
“Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu
hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka
demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka
adalah neraka…” BARISAN KEDUA Diiring dari kubur
berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Allah
Yang Maha Pengasih: “Mereka itu adalah orang
yang sewaktu hidupnya meringan- ringankan solat,
maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka
adalah neraka…” BARISAN KETIGA Mereka
berbentuk keldai, sedangkan perut mereka penuh
dengan ular dan kala jengking. “Mereka itu adalah
orang yang enggan membayar zakat, maka inilah
balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka…” BARISAN KEEMPAT Diiring dari kubur
dengan keadaan darah seperti air pancutan keluar
dari mulut mereka. “Mereka itu adalah orang yang
berdusta di dalam jualbeli, maka inilah balasannya
dan tempat mereka adalah neraka…” BARISAN
KELIMA Diiring dari kubur dengan bau busuk
daripada bangkai. Ketika itu Allah SWT menurunkan
angin sehingga bau busuk itu mengganggu
ketenteraman di Padang Mahsyar. “Mereka itu
adalah orang yang menyembunyikan perlakuan
derhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak
pula rasa takut kepada Allah SWT, maka inilah
balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka…” BARISAN KEENAM Diiring dari kubur
dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan.
“Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu,
maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka
adalah neraka…” BARISAN KETUJUH Diiring dari
kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut
mereka mengalir keluar nanah dan darah. “Mereka
itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di
atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat
kembali mereka adalah neraka…” BARISAN KELAPAN
Diiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan
kepala ke bawah dan kaki ke atas. “Mereka adalah
orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan
tempat kembali mereka adalah neraka…” BARISAN
KESEMBILAN Diiring dari kubur dengan berwajah
hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri
mereka penuh dengan api gemuruh. “Mereka itu
adalah orang yang makan harta anak yatim dengan
cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya
dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEPULUH Diiring dari kubur mereka
dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit
sopak dan kusta. “Mereka adalah orang yang
derhaka kepada orang tuanya, maka inilah
balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka…” BARISAN KESEBELAS Diiring dari kubur
mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi
mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan,
bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah
mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka
dan keluar beraneka kotoran. “Mereka adalah
orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan
tempat kembali mereka adalah neraka…” BARISAN
KEDUA BELAS Mereka diiring dari kubur dengan
wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama.
Mereka melalui titian sirat seperti kilat.
Maka,datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha
Pengasih memaklumkan: “Mereka adalah orang
yang beramal salih dan banyak berbuat baik. Mereka
menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara
sholat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan
mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan
tempat kembali mereka adalah syurga, mendapat
keampunana kasih sayang dan keredhaan Allah Yang
Maha Pengasih…[klikunic.com]

Jumat, 03 Juni 2011

PENGHUNI SURGA YG TANPA HISAB DAN ADZAB

MediaMuslim.Info – Segala yang ada di dunia
ini adalah fana dan tiada yang kekal, tapi bukan
berarti telah berakhir sampai disini. Tapi
menuju ke alam berikutnya yaitu hari akhir,
suatu kehidupan yang kekal tiada berakhir.
Semua jiwa pasti akan kembali kepada pemilik
dan penciptanya yaitu Alloh Subhanahu wa
Ta’ala. Setelah ditiup sangkakala yang kedua
seluruh manusia dibangkitkan dari kuburan-
kuburan mereka dalam keadaan tidak
membawa apa pun, tidak beralas kaki, tidak
berbusana, dan juga tidak berkhitan.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Aisyah,
bahwa baginda Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda, yang artinya: “Manusia
akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam
keadaan tidak beralas kaki, tidak berbusana,
dan tidak berkhitan.” Kemudian Aisyah berkata:
“Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam! Apakah seluruh para wanita dan
laki-laki seperti itu, sehingga saling melihat
diantara mereka? Beliau Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam menjawab, yang artinya: “Wahai
Aisyah! Kondisi waktu itu amat ngeri dari pada
sekedar melihat antara satu dengan
lainnya.” (HR: Al Bukhari no 6527 dan Muslim
no. 2859)
Setelah itu manusia dikumpulkan di padang
mahsyar menanti penghisaban (perhitungan)
semua amal perbuatannya selama hidup di
dunia. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
yang artinya: “Sesungguhnya kepada Kami-lah
mereka akan kembali, kemudian sesungguhnya
kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS:
Al Ghasyiyah: 25-26)
Tahap penghisaban amal perbuatan manusia
dipadang mahsyar merupakan bagian adzab
dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala terhadap siapa
yang dihisap pada hari itu. Rasululloh
Shallallaahu‘Alaihi Wasallam besabda, yang
artinya: “Barangsiapa yang dihisab pada hari
kiamat bararti dia telah merasakan adzab.”
Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu
‘Alaihi Wasallam bukankah Alloh Subhanahu
wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya):
“(Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
sebelah kanan) maka dia akan dihisab dengan
hisab yang mudah.”(QS: Al Insyiqaq:
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam
menjawab: “Sesungguhnya itu adalah sekedar
memperlihatkan amalannya, tetapi barangsiapa
yang diperiksa penghisabannya pada hari
kiamat berarti dia telah merasakan adzab.” (HR:
Muslim no. 2876)
Pada hari penghisaban saja sangat mengerikan
dan tersiksa. Bagaimana lagi dengan bentuk
adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala di
neraka jahannam nanti. Rasululloh Shallallaahu
‘Alaihi Wasallam telah menggambarkan
tingkatan neraka yang paling ringan,
sebagaimana dalam hadits yang shahih, yang
artinya:“Sesungguhnya adzab yang paling
ringan bagi penghuni neraka adalah seseorang
yang bersandalkan dengan api neraka, maka
mendidihlah otaknya disebabkan dari panas
kedua sandalnya.” (HR: Muslim no. 211)
Namun Alloh Subhanahu wa Ta’ala Al Ghaffur
(Yang Maha Pengampun) dan Ar Rahim (Yang
Maha Pengasih) telah membentangkan rahmat-
Nya yang amat luas. Diantara rahmat Alloh
Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan
petunjuk kepada manusia tentang jalan yang
dapat mengantarkan ke dalam al janah tanpa
hisab dan adzab. Jalan tersebut telah dijelaskan
oleh Rasululloh Shallallaahu‘Alaihi
Wasallam dalam haditsnya, yang artinya:
“Akan masuk al jannah dari umatku tujuh
puluh ribu tanpa hisab dan adzab (dalam
riwayat lain; wajah-wajah mereka bercahaya
bagaikan cahaya rembulan di bulan purnama).”
Kemudian Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam berdiri dan masuk ke dalam rumah.
Sementara para shahabat
Rasululloh Shallallaahu‘Alaihi
Wasallam menduga-duga siapakah golongan
mereka itu. Diantara para shahabat ada yang
menduga;“Semoga mereka adalah orang-
orang yang menjadi shahabatnya”. Yang lainnya
mengira; “Semoga mereka adalah orang-
orang yang lahir dalam keadaan Islam dan tidak
pernah berbuat kesyirikan”, dan perkiraan-
perkiraan yang lainnya. Kemudian Rasululloh
Shallallaahu‘Alaihi Wasallam keluar dari
rumahnya dan mengkhabarkan sifat golongan
yang bakal menjadi penghuni al jannah tanpa
hisab dan adzab. Beliau Shallallaahu‘Alaihi
Wasallam bersabda, yang artinya: “Mereka itu
adalah orang-orang yang tidak meminta kay
(praktek pengobatan dengan menempelkan
besi panas atau semisalnya pada bagian tubuh
yang sakit), tidak meminta ruqyah, dan tidak
pula berfirasat sial (dengan sebab melihat
sesuatu yang disangka ganjil seperti burung dan
semisalnya), serta mereka bertawakkal penuh
kepada Rabb mereka.” Kemudian Ukasyah bin
Mihshan berdiri seraya berkata: “(Wahai
Rasululloh) berdo’alah kepada Alloh Subhanahu
wa Ta’ala supaya aku termasuk golongan
mereka. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda: “Engkau termasuk dalam
golongan tersebut”. (HR: Al Bukhari no. 5752
dan Muslim no. 374)
Dalam riwayat Al Imam Ahmad 2/359 dan
lainnya, Rasululloh Shallallaahu‘Alaihi
Wasallam bersabda, yang artinya: “Maka aku
meminta tambahan dari Rabb-ku, sehingga
Alloh menambah dalam setiap seribu orang
bersama tujuh puluh ribu orang.” (Lihat Ash
Shahihah no. 1486)
Dalam riwayat di atas menunjukkan luasnya
rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Karena Alloh telah menambah dalam setiap
seribu orang bersama tujuh puluh ribu orang.
Demikian pula Alloh tidak mengkhususkan yang
berhak meraih keutamaan tersebut hanya bagi
para shahabat Rasululloh Shallallaahu‘Alaihi
Wasallam atau orang yang yang lahir dalam
keadaan Islam dan tidak pernah berbuat
kesyirikan sebagaimana yang dikira para
shahabat Rasululloh Shallallaahu‘Alaihi
Wasallam. Namun Alloh Subhanahu wa
Ta’ala membuka lebar-lebar pintu rahmat
kepada siapa yang berupaya menghiasi dirinya
dengan sifat-sifat tersebut dia lah yang berhak
meraih al jannah tanpa hisab dan tanpa adzab.
Semoga Alloh Subhanahu wa
Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan
mereka.
Ciri Ciri Golongan Penghuni Al Jannah
Tanpa Hisab Dan Adzab
Pertama: Tidak Meminta Kay
Kay adalah praktek pengobatan dengan cara
menempelkan besi atau semisalnya yang telah
dipanaskan pada bagian tubuh yang sakit.
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda, yang artinya:
“Penyembuhan itu dengan tiga hal: minum
madu, berbekam, dan kay, tetapi aku melarang
umatku dari pengobatan kay. (Dalam riwayat
lain; Dan aku tidak mencintai pengobatan
dengan kay)” (HR: Al Bukhari no. 5680)
Hadits-hadits di atas menunjukkan hukum
pengobatan dengan kay adalah boleh tapi
makruh (dibenci), sehingga yang lebih utama
adalah ditinggalkan. Karena Rasululloh
Shallallaahu‘Alaihi Wasallam mencintai
umatnya untuk meniggalkan pengobatan
dengan cara kay. Terlebih lagi berobat dengan
kay bisa menjadi penghalang untuk masuk ke
dalam Al Jannah tanpa hisab dan adzab.
Kedua: Tidak Meminta Ruqyah
Ruqyah adalah praktek pengobatan dengan
membacakan ayat-ayat Al Qur’an atau nama-
nama dan sifat-sifat-Nya kepada si penderita.
Karena seluruh ayat-ayat Al Qur’an itu sebagai
obat hati dan jasmani. Alloh Subhanahu wa
Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Kami
menurunkan Al Qur’an itu sebagai obat dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS:
Al Isra’: 82)
Namun yang menjadi penghalang untuk masuk
bagian dari golongan penghuni al jannah tanpa
hisab dan adzab inikhusus bagi orang yang
meminta ruqyah bukan yang meruqyah
dirinya sendiri ataupun orang lain yang
meruqyahnya tanpa ada unsur
permintaan darinya. Adapun kalau dia
sendiri meruqyah itu memang perkara yang
lebih utama, karena dia telah bertawakkal
penuh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan
menjauhkan dirinya dari bergantung kepada
selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Demikian
pula orang lain yang meruqyah tanpa unsur
permintaan dari si penderita itu pun tidak
mengapa. Karena konteks hadits itu adalah
yang bermakna“Tidak Meminta Ruqyah”.
Sesungguhnya malaikat Jibril pernah datang
kepada Rasululloh Shallallaahu‘Alaihi
Wasallam lalu berkata, yang artinya: “Wahai
Muhammad, apakah engkau lagi sakit?
Rasululloh Shallallaahu‘Alaihi Wasallam
menjawab: Ya. Kemudian malaikat Jibril
meruqyahnya tanpa permintaan dari Nabi
Shallallaahu‘Alaihi Wasallam.” (HR: Muslim
no. 2186)
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam juga
pernah ditanya tentang meruqyah, maka beliau
Shallallaahu‘Alaihi Wasallam bersabda, yang
artinya: “Barangsiapa diantara kalian yang
dapat memberikan manfaat bagi saudaranya,
maka lakukanlah.” (HR: Muslim no. 2199)
Ketiga: Tidak Bertathayyur
Tathayyur adalah sikap berprasangka sial yang
disandarkan kepada sesuatu yang dilihat atau
pun yang didengar. Misalnya, kebiasaan orang
Arab terdahulu bila hendak safar (berpergian)
melihat arah terbangnya burung. Bila terbang
ke arah kanan maka safar akan dilakukan,
sebaliknya bila terbang ke arah kiri
menujukkan kesialan maka safar dibatalkan.
Begitu pula ada sebagian orang yang
menganggap sial atau pertanda akan ada
musibah bila mendengar suara burung gagak di
malam hari atau bila melihat cecak jatuh.
Diantara waktu-waktu, hari-hari, atau bulan-
bulan pun ada yang dianggap sial untuk
diselengarakan acara-acara tertentu. Dan
sebagainya dari tanda-tanda yang dianggap sial
yang tersebar dimasyarakat kita.
Tathayyur ini merupakan perbuatan terlarang.
Karena telah menyandarkan kesialan kepada
sesuatu yang sama sekali tidak ada
hubungannya secara logis dan sebab
musababnya. Termasuk aqidah kaum muslimin
beriman kepada taqdir Alloh Subhanahu wa
Ta’ala. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di
muka bumi ini tarjadi atas kehendak Alloh
Subhanahu wa Ta’ala semata. Bila Alloh
Subhanahu wa Ta’ala menghendaki sesuatu
pasti akan terjadi, dan sebaliknya bila Alloh
Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki
sesuatu pasti tidak akan terjadi. Sehingga orang
yang bertathayyur itu telah mengurangi nilai
tawakkalnya kepada Alloh Subhanahu wa
Ta’ala karena ia menyangka bahwa ada selain
Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang bisa
mendatangkan kesialan.
Padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya
kesialan mereka itu merupakan taqdir Alloh,
akan tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahuinya.” (QS: Al A’raf: 131)
Keempat: Bertawakal Kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala
Bahwa sifat yang keempat ini merupakan buah
dari tiga sifat sebelumnya. Maksudnya, dengan
meninggalkan pengobatan kay, meninggalkan
untuk meminta ruqyah dan meninggalkan
tathayyur menunjukkan kemurnian
tawakkal seseorang kepada Alloh Subhanahu
wa Ta’ala. Karena seseorang tersebut telah
melepas dari segala ikatan-ikatan
ketergantungan kepada sesuatu selain Alloh
Subhanahu wa Ta’ala dan menyandarkan nasib
dan hasilnya itu hanya kepada Alloh Subhanahu
wa Ta’ala. Sehingga barangsiapa yang benar-
benar bertawakkal kepada Alloh Subhanahu
wa Ta’ala, niscaya Alloh Subhanahu wa Ta’ala
sebagai pencukupnya di dunia dan di akhirat
kelak nanti akan digolongkan sebagai pewaris
Al Jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Alloh
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh,
maka Dia sebagai pencukup baginya.” (QS: Ath
Thalaq: 3)
Perlu kita pahami disini, bukan berarti Islam
melarang untuk berobat. Sesungguhnya sifat
penghuni Al Jannah tanpa hisab dan adzab itu
karena mereka meninggalkan pengobatan yang
dibenci (makruh) disaat sangat
membutuhkannya dengan mencukupkan dirinya
untuk bertawakkal hanya kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala. Adapun berobat dengan
sesuatu yang tidak dilarang maka tidak
mengurangi tawakkal kita kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala.
Ada seseorang yang bertanya kepada
Rasululloh Shallallaahu‘Alaihi Wasallam:
“Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam bolehkah aku berobat? Rasululloh
Shallallaahu‘Alaihi Wasallam seraya
menjawab: “Tentu, wahai hamba Alloh
berobatlah kalian. Karena Alloh Subhanahu wa
Ta’ala tidak menciptakan penyakit melainkan
pasti diciptakan pula obatnya, kecuali satu
penyakit.” Kemudian para shahabat bertanya:
“Apa itu (Wahai Rasululloh Shallallaahu
‘Alaihi Wasallam) Rasululloh Shallallaahu
‘Alaihi Wasallam menjawab: “Penyakit pikun
(karena ketuaan).” (HR: Ahmad, dishahihkan Asy
Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram hal.
147). Semoga kita termasuk sebagai hamba
Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang
berkesempatan dan diberikan hidayah serta
kekuatan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala;
untuk menjadi Penghuni-Penghuni Al Jannah
Tanpa Hisab dan Adzab. Amien….

Kamis, 26 Mei 2011

Penghuni Neraka

Orang yang dalam hidupnya banyak melakukan
amal sholeh seperti sholat, puasa, shodaqoh dan
lainnya, namun apabila dalam hidupnya ia berbuat
syirik akbar dan belum bertaubat sebelum
matinya, maka seluruh amalnya akan terhapus.
Allah Ta ’ala berfirman yang artinya, “Dan jika
seandainya mereka menyekutukan Allah, maka
sungguh akan hapuslah amal yang telah mereka
kerjakan. ” (Al- An’am: 88) Rasulullah S.A.W bersabda: Aku melihat ke dalam
neraka, maka aku lihat kebanyakan penghuninya
kaum wanita, yang demikian itu disebabkan oleh
kerana jarang taat kepada Allah dan RasulNya serta
suami mereka dan kerana banyak bersolek untuk
mempamerkan kecantikan.
Lalu Rasulullah bersabda: "Aku menangis sewaktu aku
diisrakkan ke atas langit, aku melihat para wanita
umatku tengah disiksa di dalam neraka. Aku melihat
10 macam siksaan bagi kaum wanita, iaitu:
Orang perempuan yang digantung dengan rambutnya,
adalah kerana dia tidak mahu tutup (melindungkan)
rambutnya daripada dilihat oleh lelaki lain.
Orang perempuan yang digantung dengan lidahnya,
adalah kerana dia suka menyakiti hati suaminya
dengan kata-katanya. Rasulullah s.a.w.bersabda:
"Seseorang wanita yang menyakiti hati suaminya
dengan kata-katanya, maka Allah s.w.t akan
melebarkan lidahnya di hari kiamat nanti selebar 70
zira dan akan mengikat di belakang lehernya."
Dari Usman r.a berkata Bahawa Rasulullah s.a.w
bersabda: " Seseorang perempuan yang mengatakan
kepada suaminya dengan berkata: 'Aku belum pernah
melihat kebaikanmu', maka sesungguhnya Allah s.w.t
akan menghapuskan amal kebaikannya selama 70
tahun, walaupun dia berpuasa da n siang hari dan
mengerjakan solat pada malam hari."
Orang perempuan yang digantung dengan buah
dadanya, adalah kerana dia menyusui anak orang lain
dengan tidak mendapat izin suaminya.
Orang perempuan yang diikat kakinya, adalah kerana
dia keluar rumah tanpa mendapat izin suaminya
terlebih dahulu dan tidak mandi hadas, bagi
membersihkan diri seteleh habis haid atau nifas.
Orang perempuan yang makan badannya sendiri
adalah kerana berhias untuk dilihat oleh lelaki lain
dan mereka yang suka membicarakan keaiban orang
lain.
Orang perempuan yang memotong-motong buah
dadanya sendiri dengan gunting-gunting dari neraka
adalah kerana dia memasyhurkan dirinya di kalangan
orang ramai, dan mermaksud supaya orang melihat
akan tertarik kepadanya sebab perhiasan yang dia
pakai.
Orang perempuan yang diikat kedua kaki dan
tangannya sehingga sampai kepada ubun-ubunnya,
dan dibelit dengan beberapa ekor ular dan
kalajengking adalah kerana dia itu boleh solat, puasa
tetapi dia tidak mahu mengambil wuduk dan dia tidak
mahu mengerjakan solat serta tidak mahu mandi
junub.
Orang perempuan yang kepalanya seperti kepala
babi dan badannya pula seperti keldai adalah kerana
dia suka mengadu domba dan sangat suka berdusta.
Orang perempuan yang berbentuk seperti anjing,
adalah kerana dia itu ahli fitnah dan suka marah
kepada suaminya.
Dan perempuan yang menyerupai anjing, api masuk
ke dalam mulut serta keluar dari duburnya itu adalah
perempuan yang suka mengungkit-ungkit
pemberiannya, iri hati, dengki dan tidak taat kepada
suaminya.
Inilah azab dan kesengsaraan yang dialami oleh
wanita yang telah dilihat oleh Rasulullah s.a.w ketika
dibawa ke langit semasa peristiwa Israk dan Mikraj.

Rabu, 18 Mei 2011

ALLAH MEMERINTAHKAN MANUSIA UNTUK SELALUBERDZIKIR KEPADA-NYA

Oleh Makarimal Akhlak
26 Maret jam 1:56
Allah memerintahkan orang yang beriman untuk
berzikir (mengingat dan menyebut nama Allah)
sebanyak-banyaknya:
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-
banyaknya." [TQS Al Ahzab 33:41]
Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi
orang yang rugi.
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang merugi." [TQS Al
Munaafiquun 63:9]
Allah mengingat orang yang mengingatNya.
Karena itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. [TQS.Al
Baqarah:152]
Orang yang beriman selalu ingat kepada Allah dalam
berbagai keadaan :
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka." [TQS Ali
'Imran 3:190-191]
Dengan berzikir hati menjadi tenteram.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram." [TQS 13:28]
Menyebut Allah dapat membawa ketenangan dan
menyembuhkan jiwa :
Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan
dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah
penyakit (artinya penyakit akhlak). (THR. Al-Baihaqi)
Nabi berkata: Tiada amal perbuatan anak Adam yang
lebih menyelamatkannya dari azab Allah daripada
zikrullah. (THR. Ahmad)
Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, kalau kamu
selamanya bersikap seperti saat kamu ada
bersamaku dan mendengarkan zikir, pasti para
malaikat akan bersalaman dengan kamu di tempat
tidurmu dan di jalan-jalan yang kamu lalui. Tetapi,
wahai Hanzhalah (nama seorang sahabat) kadangkala
begini dan kadangkala begitu. (Beliau mengucapkan
perkataan itu kepada Hanzhalah hingga diulang-ulang
tiga kali). (THR. Tirmidzi dan Ahmad)
Perumpamaan orang yang berzikir kepada Robbnya
dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang
mati (THR. Bukhari dan Muslim)
Nabi berkata: Nyanyian dan permainan hiburan yang
melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati,
bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang
jiwaku dalam genggamanNya, sesungguhnya Al
Qur'an dan zikir menumbuhkan keimanan dalam hati
sebagaimana air menumbuhkan rerumputan (THR.
Ad-Dailami)
Nabi berkata: Maukah aku beritahu amalanmu yang
terbaik, yang paling tinggi dalam derajatmu, paling
bersih di sisi Robbmu serta lebih baik dari menerima
emas dan perak dan lebih baik bagimu daripada
berperang dengan musuhmu yang kamu potong
lehernya atau mereka memotong lehermu? Para
sahabat lalu menjawab, "Ya." Nabi Saw
berkata,"Zikrullah." (THR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Seorang sahabat berkata, "Ya Rasulullah,
sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak
bagiku. Beritahu aku sesuatu yang dapat aku
menjadikannya pegangan."
Nabi Saw berkata, "Biasakanlah lidahmu selalu
bergerak menyebut-nyebut Allah (zikrullah)." (THR.
Ahmad dan Tirmidzi)
Nabi berkata: Sebaik-baik zikir dengan suara rendah
dan sebaik-baik rezeki yang secukupnya. (THR. Abu
Ya'la)
Di antara ucapan tasbih Rasulullah Saw ialah : "Maha
suci yang memiliki kerajaan dan kekuasaan seluruh
alam semesta, Maha suci yang memiliki kemuliaan
dan kemahakuasaan, Maha suci yang hidup kekal dan
tidak mati." (THR. Ad-Dailami)
Dua kalimat ringan diucapkan lidah, berat dalam
timbangan dan disukai oleh Allah yaitu kalimat:
"Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil
'Adzhim" (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya,
Maha suci Allah yang Maha Agung). (THR. Bukhari)
Nabi berkata: "Ada empat perkara, barangsiapa
memilikinya Allah akan membangun untuknya rumah
di surga, dan dia dalam naungan cahaya Allah yang
Maha Agung. Apabila pegangan teguhnya "Laailaha
illallah". Jika memperoleh kebaikan dia mengucapkan
"Alhamdulillah", jika berbuat salah (dosa) dia
mengucapkan "Astaghfirullah" dan jika ditimpa
musibah dia berkata "Inna lillahi wainna ilaihi
roji'uun." (THR. Ad-Dailami)
Nabi berkata: Wahai Aba Musa, maukah aku
tunjukkan ucapan dari perbendaharaan surga? Aku
menjawab, "Ya." Nabi berkata, "La haula wala
Quwwata illa billah." (Tiada daya upaya dan tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (THR.
Ibnu Hibban dan Ahmad)
Di antara zikir yang utama adalah Laa ilaaha illallahu
(Tidak ada Tuhan selain Allah)
"Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
'Zikir yang paling utama adalah Laa ilaaha
illallahu" [THR Turmudzi]
Rasulullah bersabda : Sesungguhnya aku berkata
bahwa kalimat : Subhanallah, wal hamdulillah, wa Laa
Ilaaha Illallah, wallahu akbar (Maha Suci Allah, dan
segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan kecuali
Allah, dan Allah Maha Besar) itu lebih kusukai
daripada apa yang dibawa oleh matahari terbit. (THR
Bukhari dan Muslim)

Sabtu, 14 Mei 2011

MUNGKINKAH ALAM SEMESTA BERBENTUK SEPERTI TEROMPET

Di dalam kitab
Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits
panjang yang menceritakan tentang kejadian
kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik
untuk dicermati. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah
SAW bersabda : “Ketika Allah telah selesai
menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan
sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada
malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya
sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia
diperintah. Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah
sangkakala itu?” Jawab Rasulullah : “Bagaikan
tanduk dari cahaya.” Saya tanya : “Bagaimana
besarnya?” Jawab Rasulullah : “Sangat besar
bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai
Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi,
dan akan ditiup hingga tiga kali. Pertama :
Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan). Kedua :
Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan). Ketiga:
Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali
atau membangkitkan).” Dalam hadits di atas
disebutkan bahwa sangkakala atau terompet
malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan
terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas
langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk
mengingatkan kita pada terompet orang-orang
jaman dahulu yang terbuat dari tanduk. Kalimat
seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai
ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah
langit (sebagai lambang alam tak nyata/ ghoib)
dan bumi (sebagai lambang alam nyata/
syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan
terompet malaikat Isrofil itu melingkar
membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.
Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan
data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa
dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan
bahwa kita ini bak rama-rama yang hidup di
tengah-tengah kaldera gunung berapi paling aktif
yang siap meletus kapan saja. Dan Allah telah
mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat
Isrofil itu dalam surah An Naml ayat 87 : “Dan
pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah
semua yang di langit dan semua yang di bumi
kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan
mereka semua datang menghadapNya dengan
merendahkan diri.” Makhluk langit saja bisa
terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh
lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan
hadits di atas ada sedikit preview tentang seperti
apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi
kelak. “Pada saat tergoncangnya bumi, manusia
bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang
mengandung gugur kandungannya, yang menyusui
lupa pada bayinya, anak-anak jadi beruban dan
setan-setan berlarian.” Ada sebuah pertanyaan
yang menggelitik, jika terompetnya saja sebesar
itu, lalu sebesar apa si peniupnya dan lebih
dashsyat lagi, bagaimana dengan Sang
Penciptanya? Allahu Akbar! Wallahua'lam
Bisshowa.