Facebook Pages

KISAH SUNAN MURIA

RADEN Umar Said sedang asyik berceramah di
padepokannya di Desa Colo, Kecamatan Dawe,
Kudus, ketika seorang pemuda datang berkunjung.
Tanpa tedeng aling-aling, pemuda itu, Raden
Bambang Kebo Anabrang, mengaku sebagai putra
Raden Umar. Raden Umar terkejut mendengarnya. Ia
segera membantah dan mengusir Kebo Anabrang.
Tetapi, Kebo Anabrang tetap bersikeras, tak mau
meninggalkan padepokan sebelum Raden Umar
mengaku sebagai ayahnya. Karena terus didesak,
Raden Umar akhirnya mengalah. Tapi dengan satu
syarat: Kebo Anabrang harus memindahkan salah
satu pintu gerbang Kerajaan Majapahit di Trowulan,
Mojokerto, ke padepokannya dalam semalam.
Padahal, jaraknya mencapai sekitar 350 kilometer.
Berkat kesaktian Kebo Anabrang, pintu gerbang itu
enteng saja dipikulnya. Tetapi, dalam perjalanan,
Kebo Anabrang dihadang Raden Ronggo dari
Kadipaten Pasatenan Pati. Raden Ronggo juga
memerlukan gerbang itu untuk mempersunting Roro
Pujiwati, putri Kiai Ageng Ngerang. Siapa saja yang
sanggup membawa gerbang Majapahit itu ke Juana
berhak melamar Roro Pujiwati.
Terjadilah pertarungan sengit. Masing-masing
mengeluarkan kesaktiannya. Raden Umar terpaksa
turun langsung melerai pertengkaran itu. ''Siapa
yang sanggup mengangkat pintu gerbang, dialah
yang berhak,'' kata Raden Umar. Ternyata, hanya
Kebo Anabrang yang sanggup mengangkatnya. Ia
pun melanjutkan perjalanan.
Tapi, apa lacur. Begitu melangkahkan kaki,
terdengar kokok ayam bersahutan, pertanda pagi
menjelang. Padahal, ia baru mencapai Dusun
Rondole, Desa Muktiharjo, yang bejarak lima
kilometer dari kota Pati. Konon, sampai kini pintu
gerbang itu masih berdiri dan dikeramatkan
penduduk setempat.