Facebook Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 26 Oktober 2011

TANDA TANDA KEMUNAFIKAN sumber : mediaislamnet.com

Assalaamu’alaikum. Apa yang disebut dengan
tanda-tanda kemunafikan? Karena seringkali kita
menyebut-nyebut istilah ”jangan munafik”, dengan
cara seperti bercanda. (Nisa di Bumi Allah)
Ustadzah, apa yang dimaksud dengan orang
munafik?
Kalau kita langsung melihat dalam al Qur’an, secara
sederhana yang disebut munafik adalah orang yang
ketika menyatakan diri mereka beriman kepada
Allah, tetapi sesungguhnya mereka tidak beriman.
Artinya mereka berbohong dalam keimanannya.
Apa yang ada dalam hatinya berbeda dengan yang
diungkapkan. Al Qur’an menyebut dalam QS al
Baqarah: sejak ayat yang kedua, tentang orang yang
muttaqiin, yaitu tentang orang yang beriman,
kemudian ayat keenam tentang orang-orang kafir,
selanjutnya langsung pada ayat kedelapan hingga
keenambelas tentang orang-orang munafik
Bagaimana kita bisa menyebut seseorang
dengan munafik atau tidak?
Klaim terhadap orang munafik itu memang sangat
sulit. Karena zhohirnya orang tidak bisa
menghukumi secara tegas bahwa mereka ini
orang-orang kafir. Tetapi bagi kita sendiri sebagai
seorang muslim, tentu yang terpenting adalah
panduan dari Allah SWT bagaimana caranya
menjadi orang yang bertaqwa, sehingga kita bisa
berusaha sungguh-sungguh untuk melakukan dan
menepati sifat itu. Kemudian tentunya menghindari
sifat-sifat yang sering dilekatkan pada diri orang-
orang munafik. Kemudian, terkait dengan penilaian
terhadap orang-orang munafik, tentunya ketika
mereka adalah sebagaimana yang disebutkan dalam
al Qur’an dan as Sunnah tentang ciri-ciri orang
munafik. Dari sisi itu memang bisa dinilai berapa
besar kadar kemunafikannya. Karena mungkin ada
kemunafikan yang baru tanda-tandanya saja, tapi
kalau sudah dilakukan semua berarti sudah bisa
diidentifikasikan secara sempurna sebagai seorang
munafik
Bagaimana ciri-ciri beriman dan
kemunafikan?
Di dalam al Qur’an dijelaskan secara sederhana dan
sangat langsung bisa difahami (dalam QS al
Baqarah: 2) ini tentang al Qur’an sebagai petunjuk
yang sempurna bagi orang-orang yang bertaqwa
(tidak ada keraguan sedikitpun). “Dzaalikal kitaabu
laa rayba fiihi hudal lil muttaqiin.” Selanjutnya
disebutkan ciri-ciri beriman: “Alladziina
yu’minuuna bilghoibi wa yuqiimuunashsholaata wa
mimmaa razaqnaa hum yunfiquuna” Yaitu orang-
orang yang beriman terhadap yang ghaib (hal-hal
yang tidak bisa diindera secara langsung), seperti
malaikat sebagai pembawa berita dari Allah
kepada RasulNya, kemudian menegakkan sholat,
dan menafkahkan apa yang telah dirizkikan oleh
Allah (yang wajib dan yang sunnah). Kemudian
beriman kepada al Qur’an, dan kitab-kitab suci
yang telah diturunkan oleh Allah di masa
sebelumnya (tentang adanya), dan beriman kepada
hari akhirat.
Kemudian tentang orang-orang munafik. Bahwa
selain orang beriman dan orang kafir (sebagaimana
yang disebutkan dalam QS al Baqarah ini) ada
segolongan orang yang memiliki ciri-ciri demikian:
1. Mereka mengatakan diri mereka beriman
kepada Allah dan hari akhir (muslim) padahal
mereka sebenarnya tidak beriman. Mereka ini
menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal sesungguhnya mereka tidak menipu
selain diri mereka sendiri, tapi mereka tidak
merasakan. Di sinilah dikatakan fii quluubihim
maradhun fa zaadahumullaahu maradhan
2. Apabila dikatakan kepada mereka janganlah
kalian berbuat kerusakan di muka bumi,
mereka mengatakan, kami ini semata-mata
hanya berbuat baik. Allah mengingatkan
bahwa sesungguhnya mereka telah berbuat
kerusakan tetapi mereka tidak merasa.
3. Apabila dikatakan kepada mereka
berimanlah, sebagaimana orang-orang
beriman. Mereka mengatakan apakah kami
harus beriman sebagaimana berimannya
orang-orang bodoh? Kemudian Allah
memberi peringatan ingatlah sesungguhnya
merekalah yang bodoh, tetapi mereka tidak
mau memikirkannya.
Bagaimana dengan penjelasan berdasarkan
hadits Rasulullah Saw, apakah disebutkan
juga tentang ciri-ciri munafik?
Di dalam hadits Muttafaq ‘alaih. Rasulullah Saw
bersabda: “Arba’unman kunna fiihi kaana
munaafiqan khaalishan. Wa man kaanat fiihi
khashlatun minhunna kaanat fiihi khashlatun min
nifaaqin hatta yada’aHaa: Idzaa ‘tumina khaana,
wa idzaa haddatsa kadzaba, wa idzaa ‘aahada
ghadara, wa idzaa khashama fajara”: Ada empat
perkara, siapa saja yang memilikinya, maka ia
menjadi munafik dengan sempurna. Barangsiapa
memiliki salah satunya, maka ia memiliki salah satu
sifat kemunafikan hingga ia meninggalkannya. Yaitu
apabila seseorang diberi amanat, ia khianat; apabila
berbicara, ia dusta; apabila berjanji ia tidak
menepati dan apabila berdebat ia curang.
Kemudian dari Abi Hurairah ra, ia berkata:
rasulullah Saw bersabda: Aaayatul munaafiqi
tsalaatun: Idzaa haddatsa kadzaba: wa idzaa
wa’ada akhlafa, wa idzaa tumina khaana: Tanda-
tanda munafik ada tiga, apabila bicara dusta,
apabila berjanji tidak menepati, apabila diberi
amanat khianat. (muttafaq ‘alaih)
Bagaimana hukumnya orang munafik?
Penghukuman terhadap orang-orang yang munafik,
dalam hukum Islam, secara zhohir memang sangat
sulit. Itulah sebabnya, mengapa ada orang-orang
munafik yang sekaliber Abdullah bin Ubay bin
Sahlul di masa Rasulullah Saw tetap bisa kemana-
mana, bahkan bergaul dan menyertai orang-orang
yang beriman. Ia juga sholat di masjid, ia juga
bergaul dengan orang-orang yang beriman. Dalam
hal ini Rasulullah Saw tidak melakukan tindakan
apa-apa. Bahkan dalam sebuah peristiwa yang
terjadi setelah Rasulullah dan para shahabatnya
baru saja pulang dari peperangan menghadapi
banu mustaliq, saat itu terjadi pertikaian antara
orang muhajirin dengan anshar dalam
memperebutkan air. Abdullah bin Ubay
mengeluarkan perkataan tentang kaum muhajirin,
yang bersifat menghujam kaum muhajirin. Berita ini
sampai kepada Umar bin Khaththab dan ia benar-
benar marah sehingga sampai membuat pernyataan
yang meminta agar Abdullah bin Ubay dibunuh saja.
Tapi Rasulullah Saw menjawab: Umar, bagaimana
kalau sampai menjadi pembicaraan orang , bahwa
muhammad membunuh shahabat-shahabatnya
sendiri. Kemudian Abdullah bin Ubay menemui
Rasulullah dan membantah bahwa ia berkata
demikian. Tetapi wahyu Allah mendustakannya.
Ketika itu, anak Abdullah, yang bernama Abdullah,
berkata: Rasulullah, saya mendengar anda
menginginkan Abdullah bin Ubay dibunuh. Kalau
memang begitu, berikanlah tugas itu kepada saya,
akan saya bawakan kepalanya kepada anda.
Orang-orang khazraj sudah tahu, tak ada orang
yang begitu berbakti keada ayahnya seperti yang
saya lakukan. Saya khawatir anda akan
menyerahkan tugas ini kepada orang lain. Kalau
sampai orang lain itu yang membunuhnya, saya tak
akan dapat menahan diri membiarkan orang yang
membunuh ayah saya bebas berkeliaran. Tentu
akan saya bunuh dia dan berarti saya membunuh
orang yang beriman yang membunuh orang kafir
dan saya akan masuk neraka. Rasulullah Saw
menjawab:” Kita tidak akan membunuhnya. Bahkan
kita harus berlaku baik kepadanya, menemaninya
baik-baik selama dia masih bersama dengan kita.”
Sejak itu penduduk Madinah melihat kepada
Abdullah bin Ubay dengan penuh curiga dan tidak
lagi menghargainya. Sebegitu jahatnya Abdullah bin
Ubay, ketika dia meninggal, Rasulullah Saw tetap
mengampuninya, bahkan masih mau
menyolatkannya. Namun sesudah itu datang firman
Allah SWT yang melarang untuk menyolatkan dan
mendoakannya. Jadi memang terhadap orang-
orang munafik ini kita tidak dapat berbuat apa-apa
selain waspada dan berhati-hati. Namun Allah SWT
telah mengancam orang-orang ini dengan neraka
jahannam, dengan adzab yang kekal di dalamnya.
Sehingga yang juga penting dari kita adalah,
menghindari sejauh-jauhnya sifat-sifat orang
munafik ini.
Bagaimana caranya agar kita terhindar dari
sifat munafik ?
Menjadi orang bertaqwa dan menghindari sifat-sifat
munafik. Menjadi orang bertaqwa adalah beriman
kepada Allah dan RasulNya dan apa-apa yang
datang dari Allah, berupa al Qur’an dan Hadits.
Senantiasa memurnikan keimanan kita dengan terus
menerus mempelajari Islam, yang bersumber dari al
Qur’an, Hadits, ijma Sahabat dan Qiyas. Semakin
dalam belajar, akan semakin jelas kita dalam
memahami dan ini akan semakin menjernihkan
keimanan kita. Kemudian yang juga penting adalah
menghindari sifat-sifat orang munafik. Yang paling
jelas adalah berbohong/ berdusta. Kita harus selalu
berhati-hati dalam perkataan sehingga tidak
terkategori pendusta. Kemudian tidak berkhianat
terhadap amanah, tepat janji dan tidak curang.
Semoga Allah SWT menolong kita untuk menjauh
dari sifat-sifat munafik ini.